Dibeberapa tempat di Indonesia kita masih banyak menemui peternak memelihara bebek dengan cara di angon (digembalakan) di area persawahan. Tujuan utama tentu saja untuk mendapatkan pakan yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita. Metode tersebut ada 2 yaitu metode musiman dan harian. Metode musiman dilakukan peternak dengan mendirikan tenda di area persawahan yang saat itu musim panen. Setelah musim panen berlalu maka peternak berpindah tempat mencari tempat yang baru. Metode ini sudah jarang ditemui kecuali di pelosok desa. Sedangkan metode harian dilakukan peternak hanya pada siang hari, sedangkan sore hingga malam bebek dimasukkan ke dalam kandang.
Pemeliharaan dengan cara ekstensif tersebut akan mengurangi produktivitas telur dan dagingnya. Bebek yang pemeliharaannya diangon (digembalakan) mempunyai pertumbuhan yang lebih lama dibandingkan jika dipelihara dalam kandang tertutup. Jika dalam pemeliharaan diumbar maka bebek kurang terkontrol nutrisinya karena mengandalkan ketersediaan dari alam.
Ada beberapa alasan peterak melakukan pemeliharaan dengan cara di gembalakan antara lain :
- Peternak ingin menghasilkan telur organik. Dengan mengkonsumsi jenis pakan yang terdapat di area persawahan seperti gabah, kerang, bekicot, cacing, belalang, ikan kecil dan aneka jenis pakan hijauan seperti rumput-rumputan, genjer dan lain sebagainya. Pakan tersebut lebih alami dibandingkan konsentrat atau voer. Namun untuk saat ini dimana petani banyak menggunakan pestisida saat menanam padi maka akan mendatangkan resiko karena bebek bisa terkena racun pestisida tersebut.
- Telur bebek yang digembalakan mempunyai kualitas lebih bagus jika dibandingkan telur dari bebek yang dipelihara dalam kandang tertutup. Hal tersebut disebabkan pakan yang banyak mengandung protein dan betakaroten. Untuk peternak bebek yang biasa memelihara dalam kandang tertutup sekarang ini menggunakan daun katuk, kulit pisang yang dijadikan tepung, kerang yang dijadikan tepung dan dapat membuat kuning telur menjadi lebih pekat.
- Bebek yang diangon (digembalakan) di sungai atau rawa menjadi media perkawinan yang ideal. Seperti kita ketahui bahwa bebek jantan membuahi betinanya pada saat berada di kolam. Untuk peternak yang memelihara dengan cara semi intensif mengunakan kolam yang ada di area kandang untuk tempat pembuahan bebeknya.
- Bebek pada saat masa rontok bulu lebih hemat dipelihara dengan cara digembalakan. Bebek yang mengalami rontok bulu mempunyai produktivitas telur 0 % sehingga jika dipelihara di dalam kandang akan membutuhkan pakan konsentrat yang harganya lebih mahal.
- Peternak berkeyakinan kalau bebek diangon maka akan menghemat pakan sebab pengeluaran pakan dapat ditekan. Untuk pemeliharaan dengan digembalakan secara musiman bahkan bisa dikatakan gratis tanpa mengeluarkan biaya pakan.
- Harga telur yang digembalakan harganya lebih mahal dibandingkan telur bebek yang dipelihara di dalam kandang. Selisih kurang lebih Rp100,- – Rp200,- per butir. Jika bebek yang dipelihara cukup banyak maka ada selisih harga yang cukup lumayan. Hanya saja peternak perlu menghitung waktu yang dibutuhkan (bisa 24 jam).
- Alasan yang terakhir adalah hobi. Peternak yang terbiasa menggembalakan bebeknya memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri jika disarankan untuk beternak secara intensif. Peternak menyukai aktivitas menggembala karena dapat bertemu rekan sesama penggembala dan dapat mengetahui wilayah lain sehingga aktivitas tersebut dinikmati dan menjadi hobi.
Setelah membaca uraian tersebut, kita mempunyai beberapa pipihan karena setiap pilihan ada konsekuensinya.
Kami dari hobiternak.com menyediakan berbagai jenis DOD bebek dan bisa mengirimkan ke seluruh Indonesia. Untuk itu jika mau memesan segera hubungi kami di :
SMS/CALL/WHATSAPP
0812 2028 8686
Indosat:
0856-4772-3888
0857-2932-3426
Telkomsel:
0812 2028 8686
0822-2123-5378
XL:
0819-3140-9353
Kata terkait:
Budidaya DOD mojosari petelur, ternak bebek secara intensif, harga DOD bebek pedaging, harga jual bibit bebek peking KW, beternak bebek hibrida, bebek lokal jantan, analisa usaha ternak bebek petelur kapasitas 500 ekor
**Yuni Ambarwati**
